Postingan

Dialog Hati

" Kalau aku pakai baju ini, orang-orang bakal komen nggak ya ?"  " Kalau aku posting ini, nanti diomongin nggak ya ?"  " Kalau aku begini, begitu, apa kata orang nanti ?" Huh, rasanya melelahkan sekali, kalau setiap apa yang hendak aku lakukan bergantung pada penilaian orang lain. Alih-alih tidak ingin melakukan hal yang salah tidak semestinya, aku malah terjebak pada sesuatu di luar kendaliku. Padahal, benar atau salah itu batasannya luas. Semua tergantung sudut pandang. Yang pasti, antara sudut pandang kita dan orang lain, bisa saja berbeda. Ya, kan?

Kemarin, Kini dan Nanti

Gambar
Mereka bilang, "ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya." Tapi kalau bagiku, Ibu lah cinta pertamaku. Boleh-boleh saja, kan? Sebagai seorang anak yang paling banyak menghabiskan waktu bersama dengan Ibunya, bisa dibilang aku sedikit banyak mewarisi tindak-tanduknya. Karena sejak aku lahir, ayah lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah untuk bekerja, hingga akhirnya memasuki masa pensiun, saat aku duduk di kelas dua SMA.  Aku akui-- dan seperti yang mereka katakan tentangku, aku merupakan anak yang cukup manja. Dibanding tidak bertemu dengan ayah satu minggu, akan lebih sulit bagiku jika harus berjauhan dengan Ibu barang satu menit. Di usianya yang tidak lagi muda, Ibu yang melahirkanku di usia 37 tahun harus kembali bersusah payah membesarkan seorang anak lagi, setelah keempat anak lainnya (para abang dan kakakku) menginjak usia remaja dan bahkan menuju dewasa. Seorang anak yang selalu beliau bilang cengeng dan manja. Belakangan, atau malah setiap hari sejak har